Sejarah Konflik di Libanon-Bagian Pertama
Dari Maronites hingga Konstitusi 1926
Junito Drias
25-07-2006
LibanonUtusan khusus kemanusiaan PBB menyebut konflik di Libanon tahun 2006 sebagai bencana kemanusiaan. Tapi ini bukan kali pertama negara di Timur Tengah itu diguncang konflik. Sebaliknya wilayah ini sudah berkali-kali diamuk kekerasan. Sejarah daerah ini dimulai dari masuknya kelompok militer suku Mardaïtes yang mendiami bagian utara bersama-sama penduduk asli.
Abad ketujuh kelompok Kristen Maronites masuk wilayah tersebut setelah meninggalkan kampung halamannya di Suriah Utara karena mengalami aniaya. Mereka kemudian juga tinggal di utara bersama-sama Mardaïtes dan penduduk lokal, serta membangun gereja Maronite pertama. Secara perlahan-lahan mereka menerima bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari, sedangkan bahasa Suriah, bahasa asli mereka hanya dikhususkan untuk kegiatan ibadah.
Maronites dan Druze
Sementara itu suku-suku Arab masuk ke Libanon Selatan setelah Suriah berhasil dikuasai Islam. Mereka ini menyatu dengan warga lokal dan pada abad ke 11 beralih ke kepercayaan Druze, sebuah sekte yang tak diakui dari Islam Syiah. Libanon Selatan menjadi pusat kegiatan sekte ini. Selain itu Islam Syiah lainnya menduduki utara dan selatan gunung serta lembah Al-Biqa. Berkembangnya Maronites di utara, dan Druze serta Islam Syiah di selatan pada akhirnya nanti menjadi benih masalah kekuasaan.
Akhir abad ke 11 Libanon sempat menjadi bagian dari Kristen di bawah kelompok yang melancarkan perang salib. Maronites bahkan turut menerima supremasi Vatikan namun tetap mempertahankan liturginya sendiri. Libanon sebagai kantong Salibis akhirnya jatuh ke tangan Muslim setelah Sultan Saladin berhasil merebut Beirut pada tahun 1187. Libanon kemudian masuk dalam kekuasaan Mamluk(negara budak) dari Mesir dan Suriah. (more…)